Mata Kaca

shares |

Arie Abimanyu 11 Mei 17



Masih saja ada orang baik yang mungkin tersesat cara berpikirnya. Yang mungkin enggan untuk memperluas kebaikannya untuk sekedar menghitung atau mengurai anugrah akal yang bersemayam di kepalanya.

Ketika orang-orangmu menjadikan mbakyuku sebagai dalih untuk menghina, mbakyuku kau jadikan alasan untuk pantas merendahkan diantara sesama manusia yang tak kuasa mengatur takdir.

Mbakyuku silahkan kau sebut gila, edan, atau sejenisnya. Atau ia tak sehat jiwanya, tak sehat pikirannya, tak sehat hatinya. Tetapi apakah ia benar-benar tidak sehat? Apakah ia pernah menyakitimu? Menghancurkan hidupmu? Mencuri sesuatu darimu? Mengoyak martabatmu? Menzolimi hidupmu?

Mbakyuku sesungguhnya sedang berkata kepadamu yang kebetulan punya akal pikiran.
"Kenapa engkau uring-uringan? Kenapa engkau cemberut? Kenapa engkau mengeluh? Kenapa engkau harus menghina orang? Kenapa kau merendahkan orang? Kenapa engkau murung?
Kau punya mobil kan? Punya rumah kan? Punya harta yang tak sedikit kan? Punya masa depan kan? Bahkan hampir yang kau inginkan terpenuhi kan?

Lihatlah aku wahai engkau manusia yang berakal pikiran!
Lihatlah! 

Aku tak punya apa-apa, tak punya rumah, tak punya pekerjaan, tak punya karier apalagi masa depan, tak sekolah, tak punya harapan, tak punya gaji, tak punya apa-apa dimuka bumi ini.
Tetapi aku selalu bergembira, aku selalu senang, aku selalu tersenyum, dan satu hal yang aku bangga, aku selalu ridho pada apapun yang diberikan Tuhan kepadaku"................

Related Posts