Cangkul Pedang atau Keris

shares |

Arie Abimanyu 10 Agustus 17


(Tulisan ini saya buat untuk kawanku, saudaraku, adik-adikku (KKN). Hanya ini ucapan terima kasih kami, hanya ini yang paling berharga yang dapat kami berikan)


Saya ingat betul apa yg pernah disampaikan oleh seorang Emha Ainun Nadjib yang dikatakan sebagai orang yg gagal secara akademis oleh banyak orang dalam ceramahnya di sebuah seminar tentang pembentukan karakter.

Beliau membagi menjadi 3 bentuk karakter manusia dalam usahanya meraih kehidupan yaitu cangkul, pedang dan keris.

Cangkul adalah simbol ekonomi, siapun saja yg disetiap usaha hidupnya hanya berorientasi pada materi atau pada kekayaan, ia adalah manusia cangkul. Cangkul bukanlah hal yg buruk, akan tetapi jika apapun "dicangkulkan" maka ya hanya sebatas cangkul saja derajatnya. 

Pedang adalah lambang kekuasaan. Orang yg memiliki pedang tentu ia juga menyimpan cangkul dirumahnya. Orientasi utamanya adalah pangkat, jabatan, gelar. Semua orang senang sekali berkuasa, dan berkuasa pun biasanya untuk meraih kekayaan. 

Keris bukanlah senjata, keris adalah pusaka, keris adalah lambang kewibawaan. Keris bukan besinya yg utama tetapi nilainya. Kalau orang sudah berwibawa atau berilmu, kekuasaan akan mengikuti, materi tanpa diundang pun akan datang.

Jadi, anda membuat tesis, disertasi, tugas akhir ataupun sekripsi kemana tujuanmu jelas. Sudah tidak perlu ada pertanyaan plagiat atau tidak, kuliahmu sungguh-sungguh atau tidak, untuk mendongkrak nilai nyogok atau tidak? 

Ketiga hal tersebut sebenarnya bukanlah persoalan. Cuma kalau sampai salah menentukan karakter, kita akan kehilangan banyak energi, kehilangan banyak kesempatan untuk kehidupan dunia yg sifatnya sementara. 

Kedua,
Saya mohon maaf jika sering bertanya tentang hal-hal yg membingungkan. 
Misalkan, untuk apa anda belajar fisika? Apakah harus sedetail itu manusia hidup? Apakah jika berumah tangga kelak akan kau hitung berapa gaya dan tekanan suamimu supaya memperoleh kecepatan yg konstan?
Untuk apa belajar matematika, sejarah atau pelajaran lainnya? Toh dalam hidup tak sedetail itu penerapannya. 

Itu sebenarnya pertanyaan yg tidak harus dijawab. 
Saya hanya ingin mengatakan, bahwa apapun ilmumu, apapun jurusanmu, apapun fakultasmu, apapun universitasmu, bukan masalah. Yg penting anda menemukan ibunya ilmu dari masing-masing cabang ilmumu, karena kehidupan ini bukan rumah yang hanya satu pintu dengan banyak bilik didalamnya, melainkan rumah yang berpintu banyak dengan ruang luas didalamnya, dan kita semua bersama-sama bercengkerama didalamnya. 

Bagaimana cara menabuh bonang atau kendang pun bisa saya aplikasikan untuk melatih sepakbola. Atau dengan surat Al Fatihah, bisa diterapkan untuk seminar tentang managemen keluarga. Karena semua ilmu itu terkait, terhubung menjadi satu menjadi ilmunya Allah. 

Bukan soal menjadi apa, menjadi apa itu hanyalah peran, menjadi apa itu hanya fungsi yang diberikan oleh Allah. Yang penting kita sungguh-sungguh otentik menjadi diri kita sendiri. 

Ketiga,
Selain belajar meraih cita-cita, jangan lupa belajar juga untuk tidak teraih cita-citanya.
Prestasi itu bukanlah cara mengalahkan orang lain, prestasi adalah cara mengembangkan diri agar lebih baik setiap saat. 
Bukan soal sukses gagal, bahagia menderita, terjajah atau merdeka. 
Kita semua harus siap dengan keadaan apapun, tidak "keder" dengan keadaan apapun, tidak kalah dengan keadaan bagaimanapun.

Ke empat, 
Cita-cita itu penting tetapi bukan yg utama. Yg pertama dan utama adalah keluarga beres. Siapapun tidak akan damai hidupnya jika keluarganya tidak beres. Maka jaga bener-bener keluarga, tidak menjadi apa-apa bukan masalah asal nomor satu keluargamu beres.

Ke lima, 
Sebenarnya dipuncaknya karier setiap orang bercita-cita ingin menjadi anak-anak. Menjadi direktur, menjadi pejabat, staf ahli, atau mengumpulkan harta yg tak habis tujuh turunan, tujuannya adalah supaya merdeka, supaya berdaulat, supaya hidupnya mudah tak terbebani. Dan anak-anak adalah tahap dimana manusia berada pada situasi merdeka tak terbebani apapun.
Maka sukses adalah ketika diri mampu menciptakan rasa syukur dan menemukan hikmah disetiap apapun. 

Terakhir,
Dimana-mana jika saya ditanya soal kesan dan pesan, akan saya jawab bahwa kesan saya biasa-biasa saja. Saya harus terbiasa jika melihat orang berbuat baik, saya harus biasa melihat orang melakukan perintah Tuhan, karena begitulah seharusnya manusia.
Dan saya harus takjub, kagum, aneh jika ada orang yg senang berbuat tidak baik, orang yg mencuri, kurang apa jadi manusia kok harus mencuri. 

Anda semua telah berkorban waktu, materi, tenaga dan pikiran. Semua adalah wujud setoran pada Allah, dan itu merupakan doa yg dipanjatkan yg melebihi kata-kata. Mudah-mudahan anda semua segera memanennya didunia dan tentu diakherat surga adalah balasannya..

Related Posts