Beri Kesempatan Orang Lain Untuk Menyelamatkan Muka
Biarkan orang menyelamatkan muka!
Betapa pentingnya hal itu! Dan betapa sedikit dari kita yang pernah berhenti
untuk memikirkannya! Kita terus saja menabrak perasaan-perasaan orang lain,
menggunakan cara kita sendiri, menemukan kesalahan orang lain, memberi ancaman,
mengkritik seorang anak atau seorang pegawai di depan orang lain, bahkan tanpa
menimbang rasa terluka pada kebanggaan orang lain. Padahal dengan beberapa
menit saja dengan berpikir, satu atau dua kata bijaksana, satu pengertia murni
atas sikap orang lain, akan memberi hasil jauh lebih besar untuk meredakan sakit hati!
Mari kita ingat, kalau lain waktu
kita dihadapkan dengan kebutuhan yang tidak mengenakkan untuk memecat atau
menegur seorang pegawai.
“Memecat pegawai sama sekali
bukan hal yang menyenangkan. Apalagi dipecat, itu bahkan lebih tidak enak lagi.”
Ini adalah satu tugas sulit dalam
profesi, dimana tak seorang pun suka mengayunkan kampaknya. Konsekuensinya,
kebiasaan telah berkembang dalam mengatasai hal ini akan berlangsung secepat
mungkin, dan biasanya dengan cara berikut ini: “Duduklah Tuan, pekerjaan sudah
selesai, dan agaknya kami tidak melihat ada tugas lagi untuk anda. Tentu saja,
anda mengerti bahwa anda hanya dipekerjakan dalam masa sibuk dan seterusnya dan
seterusnya.
Pengaruh yang diterima dari orang-orang ini adalah rasa kecewa dan
rasa ‘direndahkan’. Kebanyakan dari meraka
adalah orang-orang yang berada dalam bidang akunting seumur hidup, dan
mereka tidak sama sekali menaruh simpati khusus terhadap perusahaan yang
membuang mereka dengan cara begitu saja.
Dengan sedikit taktik dan
perhatian. Memanggil masing-masing dari mereka, setelah dengan hati-hati mempertimbangkan pekerjaanya selama
ini. “Tuan, anda telah melaksanakan pekerjaan anda dengan baik. Saat kami
mengirim anda ke sana, anda memperoleh tugas yang sulit. Anda langsung berada
di tempatnya, namun anda telah melaluinya dengan sangat baik, dan kami ingin
anda tahu bahwa perusahaan kami bangga
pada anda. Anda masih akan melawati jalan yang panjang, dimanapun anda bekerja.
Perusahaan kami percaya kepada anda, dan kami tidak ingin anda melupakannya”.
Pengaruhnya? Para pegawai itu
pergi dengan perasaan jauh lebih enak setelah pemecatan. Mereka tidak merasa ‘direndahkan’.
Mereka tahu bahwa kalau kami mempunyai tugas untuk mereka, kami akan memanggil
mereka. Dan apabila kami emmbutuhkan mereka lagi, mereka akan datang kepada
kami dengan perasaan hangat.
Pada salah satu rapat produsi,
wakil presiden mengajukan pertanyaan langsung kapada salah satu supervisor
produksi. Nada suaranya agresif dan ditujukan untuk memaparkan hasil kerja yang
salah dari pihak si supervisor. Karena tidak ingin dipermalukan di depan
rekan-rekannya, sang supervisor menjadi banyak mengelak dalam
respons-responsnya. Hal ini menyebabkan sang wakil presiden jadi hilang sabar,
memaki si supervisor dan menuduhnya berdusta.
Hubungan kerja apapun, yang
mungkin sudah berlangsung sebelum pertemuan ini akan hancur hanya dalam waktu
singkat. Supervisor ini, yang pada dasarnya adalah seorang pekerja yang baik, sejak saat itu menjadi seorang
yang tidak berguna bagi perusahaan. Beberapa bulan kemudian dia keluar dari
perusahaan dan pergi bekerja untuk perusahaan saingan, dimana dia melakukan
perkerjaan yang bagus di sana.
Seseoarang diberi tugas besar
yang pertama, yaitu uji pemasaran terhadap satu produk baru. Ketika hasil tes
itu muncul, ia merasa hancur luluh. Ternyata ia sudah membuat kesalahan serius
dalam perencanaannya, sehingga seluruh tes itu harus dikerjakan dari mula lagi.
Dan lebih parah lagi, ia sudah tidak punya waktu lagi untuk membahasnya dengan
bosnya sebelum rapat dimana ia harus menyerahkan laporan proyek itu.
Ketika ia dipanggil untuk
menyerahkan laporan itu, ia menjadi gemetar karena takut. Ia berusaha sekuat
tenaga untuk tudak jatuh, tetapi ia memutuskan untuk tidak menangis agar semua
orang di situ tidak mengatakan bahwa ia tidak mampu manangani pekerjaan
manajemen karena terlalu emosional. Ia membuat laporan dengan singkat dan
menyatakan bahwa karena satu kesalahan yang ia buat, ia harus mengulang studi
tersebut sebelum rapat berikutnya. Ia duduk, sambil berharap bosnya meledak
marah.
Yang terjadi malah sebaliknya,
bosnya malah berterima kasih untuk pekerjaannya, dan menyetakan bukan hal yang
tidak biasa kalau seorang membuat kesalahan pada proyek baru, dan dia yakin
bahwa survei ulangan akan akurat dan berarti bagi perusahaan. Bosnya meyakinkan
dia, di depan semua koleganya, kalau bosnya mempunyai kepercayaan pada dia dan
bosnya tahu dia telah berusaha sebaik mungkin, dan bahwa pengalaman dia yang
kurang, bukan kurangnya kemampuan dian yang merupakan kegagalan ini.
Dia meninggalkan rapat dengan
kepala terangkat dan dengan ketetapan hati bahwa dia tidak akan pernah lagi
mengecewakan bosnya.
Bahkan meskipun kita ternyata
benar dan orang lain sudah jelas salah, kita hanya akan menghancurkan keakuan
dengan menyebabkan orang lain kehilangan muka.
Pionir penerbangan legendaris
Perancis dan penulis Antonie de Saint-Exupery menulis: “Saya tidak mempunyai
hak untuk mengatakan atau melakkukan apapun yang mengurangi seseorang di depan
matanya sendiri. Yang penting bukanlah apa yang saya pikirkan tentang dia,
melainkan apa yang dipikirkan tentang dirinya sendiri. Melukai martabat
seseorang adalah kejahatan. Pemimpin sejati selalu mengikuti..............”
Biarkan orang lain menyelamatkan
muka.