ANTARA 'MALINGSYA' DAN PERTIWI KITA (PERANG BATIN)

shares |

Kalian ingat lagu "Rasa Sayange", kesenian "Reog Ponorogo", dan yang paling saya ingat adalah terjadinya gonjang ganjing akan dua hal itu. Kalian mungkin tidak akan percaya dengan apa yang akan saya katakan, tetapi dengan kungkum satu hari satu malam pada hari tertentu dan mandi kembang tujuh warna anda akan dapat mejadi orang yang lebih dari pada orang lain. Kadang dalam hidup ini hal yang paling membanggakan adalah kita lebih tinggi dari sudut apapun dari pada teman kita. Tetapi saya tidak mau membahas akan hal itu, kalian tahu tidak kenapa? Karena bagiku lebih dari pada orang lain tidak ada manfaatnya. Aku lebih tertarik pada hal-hal yang membuat orang lain bisa lebih.

Indonesia sempat memanas, rakyat mulai marah kembali, berapa hujatan, umpatan dan nada-nada keji lain yang mereka lontarkan kepada bangsa yang notabene serumpun itu, mengklaim sesuatu yang kita "miliki". Setiap orang meresa seperti kehilangan, terinjak harga dirinya dan lebih dari itu kata perang tidak segan-segan mereka ucapkan lagi, hanya membela sesuatu yang mereka anggap mereka "memilikinya", seolah pengertian apapun tak dapat membendung rasa "kepedulian" mereka dengan apa yang "dimilikinya".

Fenomena yang menarik, terjadi perubahan total secara tiba-tiba pada masyarakat kita. Sebenci-bencinya itu aku lebih suka menganggapnya itu adalah sebuah pelajaran bagi kita. Itu adalah sebuah palu kecil yang mengetak kepala kita, supaya kita segera bangun dan tersadar. Sungguh ironis kalau kita mengaku itu milik kita tetapi di sisi lain kita enggan dan malu mengakuinya.

Ijinkan saya untuk bercerita........

Kemarin ada sebuah pertunjukan wayang kulit dalangnya Ki Seno Aji, lakonnya apa aku tidak tahu. Gending Talu sudah dimulai di tabuh, Ayak-ayak Slendro Manyura diteruskan Srepeg kemudian Sampak. Kayon (gunungan) di cabut, di putar tiga kali kemudian ditempelkan di dahi si Dalang........ wayang baru Jejer.... Tetapi yang membuat saya kagum, pertujukan semeriah ini penonton sepi. Pandanganku tiba-tiba terusik pada sesuatu, aku mundur dari tempatku berdiri tadi, perhatianku teralihkan pada sesuatu sebelah timur tempat pertunjukan wayang itu berlangsung. Ada segerombolan orang yang banyak sekali, aneh.... si Dalang baru saja memulai pertunjukannya penonton kok sepi, malah ada orang sebanyak itu di tempat lain. Ada apakah gerangan? Pertanyaanku dalam hati. Aku bingung, kemudian hatiku tergerak untuk mendekat. O... ternyata orang-orang tersebut lagi bermain dadu. Ya.. permainan dadu yang dikopyok dan yang membuat tertarik teman-teman dan tetanggaku itu. Kemeriahan dan perbawanya ki Dalang Seno Aji jadi rendah karena Sang Hyang Bethara Dadu yang mengejowantah.......... Edan............

Tadi Pagi......
Ada kabar dari negara sebelah, wayang beserta dalangnya juga kebudayaan kita yang tidak pernah kita perhatikan dipelihara negara itu. Adi luhungnya diambil, keindahanya di klaim......hmm..

Tadi siang...
Tetangga dan teman-teman yang tadi malam 'kesengsem' main dadu ketika ada pertunjukan wayang, pedagang arak yang membuat rusak mental bangsa, temanku lain yang berani membunuh bapaknya sendiri hanya demi harta dan ibu-ibu yang hanya ikut-ikutan saja. Semuanya berkumpul menjadi satu, akan meminta kebudayaannya yang telah di klaim oleh negara lain tadi. Demo besar-besaran menuju kantor kepala desa, merusak halaman dan kelurahan itu, kaca-kaca dipecahkan bahkan sebagian tempat dibakarnya. Semuanya mengamuk membabi buta meminta kembali kebudayaannya..............

Hatiku teriris......
Negaraku telah menjadi negara yang nista. Kebenaran diatas kemunafikan....
Ku hembuskan nafas panjang kemudian aku tersenyum........

Edan tenan.......aseeeemmmmmmmmmmm.........

Related Posts