Mimpi

shares |

Suatu hari yang cerah ketika matahari mulai menampakkan harinya aku tersandar terduduk sepi sendiri hanya ditemani lamunan dan semilirnya angin yang sedikit mulai melelapkan mimpiku di bawah pohon yang selalu menjadi temanku ketika aku merasa jenuh dengan hidup ini. Semilirnya angin yang berhembus sepoi-sepoi yang seolah tiada pernah berhenti memberikan kasih sayangnya kepada setiap unsur yang ada di dunia mulai membangunkan mimpi-mimpiku dari tidur panjangnya, memori tentang kehidupanku masa lalu seakan-akan hadir terbawa semilirnya angin itu. Dalam pikiranku terbesit, Oh… andai aku bisa seperti angin, angin yang selalu tegar melangkahkan kaki semilirnya di langit-langit hitam,
yang berjalan tanpa mata tetapi mampu melihat, yang bergerak tanpa kaki tetapi dapat melaju, yang datang tanpa terlihat tetapi dapat terasa………….. angin…. ya angin, tiba-tiba pikiranku terbesit ingin menjadi angin, ya…. Aku ingin jadi angin!!!! Bergunakah seandainya aku menjadi angin? Tapi bukankah di belahan bumi sana anginlah yang menjadikan mereka kehilangan sesuatu yang mereka idamkan, kehilangan orang yang dicintainya, bahkan kehilangan orang yang dicintainya…. Bukan..bukan…bukan, itu bukan angin yang menyebabkan itu, angin tak sejahat itu…. Dia barangkali hanya sebagai penyampai pesan dari PenciptaNya atau barangkali dia sendiri yang telah muak melihat kita yang selalu bangga dengan kemunafikan… ada apkah gerangan? Tanyakan pada rumput yang bergoyang????? Yah…. Aku tetap ingin menjadi angin, angin yang selalu ikhlas memberikan nafas kehidupan bagi umat-Nya, angin yang memberi ruang pada setiap insan manusia, menemani anak kecil bermain di taman dengan semilirnya yang sepoi bahkan menina bobokkan dengan semilir dinginnya malam hingga esok menjelang disambut mentari pagi dengan kesegaran jiwa untuk memulai kehidupan yang lebih baik. Amin………

Related Posts